Oleh: Noorhalis Majid
Banjarmasin-Pelopor News Kalimantan
Wajar bagi warga menerima pemberian uang, mengingat waktu yang terbuang untuk datang ke TPS. Namun, penting untuk mengingat bahwa menggunakan uang tersebut untuk bekerja akan menghasilkan pendapatan. Apalagi jika harus libur, siapa yang akan menanggung pengeluaran sehari? Namun, mengandalkan uang suap sebagai pengganti waktu dapat membahayakan integritas pemilu.
Pengganti waktu atau kompensasi, dalam budaya Banjar, dikenal sebagai “ganti pakoleh.” Artinya, waktu harus dihargai, terutama ketika bekerja sehari untuk memenuhi kebutuhan makan. Meskipun pakoleh seratus ribu harus dibayar sesuai, tetaplah tidak benar jika digunakan sebagai alasan untuk praktik money politik.
Pemilu yang jujur dan adil menentukan masa depan, bahkan nasib warga dalam lima tahun ke depan. Keluhan terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan politik yang merugikan juga merupakan hasil dari pemilihan yang tidak bermutu.
Pertaruhannya dalam “ganti pakoleh” tidak hanya sebatas seratus atau dua ratus ribu, melainkan berkaitan dengan kesejahteraan bersama selama 5 tahun. Partisipasi rendah yang hanya didorong oleh imbalan finansial dapat merugikan kualitas pemilu, mempertaruhkan masa depan seluruh masyarakat.
Tinggi atau rendahnya partisipasi tidak akan mengubah jumlah anggota legislatif maupun presiden, tetapi dapat memengaruhi kualitasnya. Oleh karena itu, penting bagi warga untuk menyadari bahwa pemilu yang berkualitas adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. (Team)